Think of all the beauty still left around you and be happy ;)

Selasa, 25 Oktober 2011

BORNE-what?!


Saya sedang mengerjakan proposal saat memposting tulisan ini  :D
Saat mengerjakan proposal, tiba-tiba masuk anak-anak semester bawah ke ruangan yang seharusnya digunakan oleh mahasiswa tingkat akhir untuk mengerjakan KTI, skripsi, proposal dll. Masuk dengan berisik, benar-benar merusak konsentrasi dan mood. Melihat semangat mereka, sepertinya mereka anak-anak semester 1 atau 3, entahlah. Sedang semangat-semangatnya mengerjakan tugas dan laporan praktikum, membaca buku kimia organik, kimia farmasi dasar dll, hahaha...senang juga melihat mereka. Aku saja sewaktu semester 1,3 rasanya tidak se-semangat mereka.
Ngomong-ngomong tentang semester awal masuk kuliah, jadi ingat sama teman-teman yang sering bertanya “ngapain sih kuliah jauh-jauh ke Solo?”, atau “eh, dari Kalimantan ya? Kalimantan itu hutan kan?”. Jujur, emosi meledak gara-gara tersinggung sebenarnya. Menurut saya, menuntut ilmu adalah hak semua orang, tidak penting di mana dan apa pilihannya. Dulu, saya lebih memilih pura-pura tidak mendengar atau cepat-cepat menjauh kalau ada yang melontarkan pertanyaan konyol seperti itu. Tapi sekarang, saya lebih selowww...hahaha.
Mungkin mereka bertanya karena sekedar ingin tahu, hanya saja nada bertanya-nya yang salah. Kalimantan memang punya hutan yang banyak, itu benar. Belum banyak mall, jelas. Apa yang kau harapkan dari pulau terbesar ketiga itu? Mau menjadikannya ‘pulau’ mall seperti Jakarta, atau memangkas hutannya agar tidak dikatakan Kalimantan itu hutan lagi? Hei, hutan di Kalimantan berpartisipasi cukup besar bagi bumi. Meskipun saya bukan orang yang pintar dan tidak tahu banyak tentang global warming dan sejenisnya, tapi setidaknya begitu menurut yang saya baca.
Persepsi orang-orang tentang Kalimantan memang selalu berkisar tentang Hutan, suku Dayak yang kejam, orang-orang yang jauh dan hampir tidak tersentuh kemajuan teknologi. Bukan hanya orang Indonesia, orang asing pun sering memandang Kalimantan sebagai pulau yang berisi orang-orang tidak ramah. Sebagai contohnya, film ANACONDA (lupa seri ke berapa), bercerita tentang petualangan ilmuwan-ilmuwan Amerika yang berangkat ke Kalimantan untuk mencari anggrek yang memiliki khasiat sebagai obat (kalau tidak salah sih :D). Ada salah satu adegannya mereka sedang terdampar di suatu tempat gara-gara perahu mereka terkena gelombang besar. Kemudian salah satu dari mereka berkata “ di mana kita sekarang?”. Salah satu ari mereka yang berperan sebagai pemandu menjawab “di dekat sini ada dusun penduduk asli.”. lalu si ilmuwan tadi kembali berkata “ oh sempurna! Jadi sekarang kita terdampar di pulau terpencil dan dekat kampung para PEMBURU KEPALA!?”.
Hahaha... kembali tertawa melihat adegan itu. Beberapa hari yang lalu, saya membaca salah satu blog tentang Kalimantan yang ditulis seseorang dari Australia. Saya menemukan link nya saat iseng membuka twitter Fahrani Empel. Ternyata blog itu berisi pengalamannya selama menjadi ECO WARRIOR di Kalimantan Barat. Mungkin mereka semacam pencinta bumi, atau semacamnya, entah. Sebelum dia pergi ke Kalimantan (they said Borneo), seorang temannya bertanya “BORNE-what???”. Kemudian melanjutkan dengan kalimat yang diantaranya terdapat kata-kata HEAD HUNTER.
Tadi malam saya menonton sebuah film, judulnya Water For Elephant. Dibintangi oleh Robert Pattinson. Bercerita tentang seorang lelaki bernama Jacob (kalau tidak salah lagi :D), seorang mahasiswa kedokteran hewan tingkat akhir. Sebelum sempat mengikuti ujian akhir untuk mendapatkan lisensi, kedua orangtuanya meninggal dalam kecelakaan, dan dia terpaksa meninggalkan kota tempat tinggalnya karena rumah mereka disita bank. Ternyata kedua orangtuanya berhutang banyak di bank untuk kuliahnya. Akhirnya dia bertemu kereta sirkus, dan ikut bekerja disitu dengan berbohong kalau dia adalah seorang dokter hewan dari sebuah universitas terkenal. Setelah beberapa lama, Jacob kemudian mengaku kalau dia bukan dokter hewan, dan siap menerima resikonya. Tapi pemilik sirkus malah berkata “hei, kau kira si A (lupa lagi namanya) itu benar-benar ditato oleh PEMBURU KEPALA dari Borneo? Tidak, dia menghabiskan separo hidupnya di Hawai dengan menato dirinya sendiri. Tidak usah kwatir, kita semua adalah pelakon drama (pembohong) di dunia ini.”
Hmmm, intinya adalah, sebagian orang memang selalu menilai sesuatu berdasarkan apa yang mereka lihat. Hal itu tidak bisa disalahkan. Hanya saja, saya berharap lebih banyak orang yang bisa menata kata-katanya sehingga maksudnya dapat tersampaikan dengan baik.
Semoga saja lebih banyak orang yang bisa menghargai dan peduli tentang Kalimantan, hutannya, orangutannya, dan semua kerusakan yang sekarang ada ditimbulkan gara-gara ulah perusahaan-perusahaan maupun orang-orang yang hanya peduli pada perutnya. Semoga hal-hal semacam itu lebih dipedulikan daripada hanya menanyakan apakah ada mall atau tidak di tempat saya, Kalimantan.
Jangan menilai sesuatu  dari apa yang terlihat saja. Lakukan sesuatu yang lebih berguna daripada sekedar menanyakan hal yang tidak penting, terlebih menyinggung perasaan orang lain , dan tidak penting.J
Last but not least, kami suku Dayak sama sekali bukan HEAD  HUNTER.
:)